Senin, 26 September 2016

Tafsir Tarbawi Nilai Orang Berilmu



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ilmu merupakan sesuatu yang amat penting bagi manusia. Dimana dengan ilmu manusia dapat melakukan sesuatu hal atau kegiatan dengan maksimal dan sukses, baik hal yang bersifat duniawi maupun ukhrowi .
Berbicara mengenai ilmu maka tak lepas dari seorang ‘alim (orang yang berilmu) dimana kedudukan orang berilmu dalam kehidupan sangat dibutuhkan, baik dalam siklus keilmuan yang mana dirinya dapat membagikan ilmunya kepada orang lain ataupun ilmu itu dipakainya untuk kehidupan pribadinya. Mengingat pentingnya orang berilmu bagi kehidupan, maka perlu bagi kita memahami kedudukan atau nilai orang berilmu. Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akanmemberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mujadalah: 11)[1]
Ayat diatas merupakan ayat yang menjadi dasar pembahasan mengenai derajat/nilai/kedudukan orang yang berilmu dan beriman, baik di dunia maupun di akhirat. Sehingga sebagai seorang muslim yang mempunyai kitab yang absolut kebenarannya yaitu Al-Qur’an, maka sebelum memahami sejauh mana kedudukan orang berilmu, penting bagi kita untuk memahami terlebih dahulu mengenai tafsir dari ayat diatas, yaitu ayat yang menjadi dasar pembahasan “nilai orang berilmu".


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian NilaiOrang Berilmu
Al-‘alim (orang yang tahu) adalah orang yang telah berhasil mencerap hakikat sesuatu itu.Dalam pandangan Al-Qur’an, ilmu tersebut dapat membentuk sikap atau sifat-sifat dasar manusia. Atau dengan kata lain, sikap atau karakter seseorang merupakan gambaran pengetahuan yang dimilikinya. Maka perbedaan sikap dan pola piker antara seseorang dengan lainnya dilatarbelakangi oleh perbedaan pengetahuan mereka.Bahkan ilmu pengetahuan tidak hanya membentuk pola piker, sifat dan karakter seeorang, tetapi juga dapat membentuk perilaku.
Al Qur’an menafikkan persamaan antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.Penafikkan itu tentu saja tidak hanya mengenai persamaan sifat tetapi juga persamaan perilaku.Maka itulah sebabnya kitab suci tersebut memerintahkan umat ini agar banyak belajar, meneliti, dan mengamati fenomena alam guna mendapatkan ilmu pengetahuan.Selanjutnya pengetahuan itu dapat membentuk kesadaran dan sikap, kemudian dapat pula melahirkan perilaku berdasarkan kesadaran atau sikap yang telah terbentuk itu.[2]

B.     Tafsir Q.S. AL-Mujadalah Ayat 11
1.      Asbabun Nuzul
Menurut suatu riwayat yang dibawakan oleh Muqatil bin Hubban, ayat ini turun pada hari Jum’at. Ketika itu Rasulullah SAW duduk di ruang Shuffah, (yaitu ruang tempat berkumpul dan tempat tinggal sekali dari sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang tidak mempunyai rumah tangga).Tempat itu agak sempit dan sahabat-sahabat dan Muhajirin dan Anshar telah berkumpul. Beberapa orang sahabat yang turut dalam peperangan Badar telah ada hadir dan kemudian datang pula yang lain. Mana yang datang mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW dan kepada orang-orang yang hadir lebih dahulu. Salam mereka dijawab orang yang telah hadir, tetapi mereka tidak bergeser dari tempat duduk mereka, sehingga orang-orang yang baru datang itu terpaksa berdiri terus.Melihat hal itu Rasulullah merasakan kurang senang, terutama karena di antara yang baru datang itu adalah sahabat-sahabat yang mendapat penghargaan istimewa dari Allah, karena mereka turut dalam peperangan Badar.
Akhirnya bersabdalah Rasulullah SAW kepada sahabat-sahabat yang bukan ahli-ahli Badar, “Hai Fulan! Berdirilah engkau! Hai Fulan, engkau berdiri pulalah!” Lalu beliau suruh duduk ahli-ahli Badar yang masih berdiri itu.Tetapi yang disuruh berdiri itu ada yang wajahnya terbayang rasa kurang senang atas hal demikian dan orang munafik yang turut hadir mulailah membisikkan celaannya atas yang demikian seraya berkata; “Itu perbuatan yang tidak adil, demi Allah!”Padahal ada orang dari semula telah duduk karena ingin mendekat dan mendengar, tiba-tiba dia disuruh berdiri dan tempatnya disuruh duduki kepada yang baru datang.Melihat yang demikian bersabdalah Rasulullah SAW “Dirahmati Allah seseorang yang melapangkan tempat buat saudaranya.”[3]
Inilah sebab turun ayat menurut riwayat Muqatil bin Hubban itu.
2.      Tafsir Al Mujadalah ayat 11 dari beberapa tafsir;
a.       Tafsir Ibnu Katsir
Allah Ta’ala berfirman guna mendidik hamba-hambaNya yang beriman dan memerintahkan kepada mereka agar satu sama lain saling bersikap baik di majelis, “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis, ‘maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.” Karena siapa yang menanam maka dia akan memanen. Hal ini sebagaimana diterangkan di dalam hadis sahih,
“Barangsiapa yang membangun sebuah masjid untuk Allah maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di dalam surga.”
Banyak sekali pemberian pahala dengan yang seperti ini. Itulah sebabnya Allah berfirman , “Maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.” Qatadah mengatakan, “Ayat ini turun berkenaan dengan majelis majelis dzikir. Yaitu, bahwa apabila mereka melihat salah seorang datang menuju tempat mereka, mereka mempersempit tempat duduk di samping Rasulullah saw., kemudian Allah memerintahkan kepada mereka untuk melapangkan tempat duduk satu sama lain.”
Telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abbas dan yang lain bahwa mereka menafsirkan firman Allah SWT, “ Apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu” dengan majelis-majelis di peperangan. Dan mereka mengatakan lagi arti dari firman Allah Ta’ala, “Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu, maka berdirilah,’ “yaitu bangkitlah dari berperang.”.[4]
Selanjutnya Allah Ta’ala berfirman, “niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yangberiman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. “Yaitu, janganlah kamu mengira bila kamu memberikan kelapangan kepada saudaramu yang datang atau bila dia diperintahkan untuk keluar, lalu dia keluar, akan mengurangi haknya.Bahkan itu merupakan ketinggian dan perolehan martabat disisi Allah. Sedangkan Allah tidak akan menyia-nyiakan hal itu, bahkan Dia akan memberikan balasan kepadanya di dunia dan di akhirat. Karena orang yang merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya dan akan mempopulerkan namanya.”Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”Yaitu, maha mengetahui orang yang yang berhak untuk mendapatkan hal itu dan orang yang tidak berhak untuk mendapatkannya.[5]
b.      Tafsir Al-Maragi
Pengertian umum dari ayat diatas adalah sesudah Allah melarang para hamba dari berbisik-bisik mengenai dosa dan pelanggaran yang menyebabkan permusuhan, Allah memerintahkan kepada mereka sebab kecintaan dan kerukunan di antara orang-orang mukmin.Dan di antara sebab kecintaan dan kerukunan itu adalah melapangkan tempat di majlis (pertemuan) ketika ada orang yang datang, dan bubar apabila diminta dari kalian untuk bubar.
Apabila kalian melakukan yang demikian itu, maka Allah akan meninggikan tempat-tempat kalian di dalam surga-surgaNya dan menjadikan kalian termasuk orang-orang yang berbakti tanpa kekhawatiran dan kesedihan.

Penjelasan dari,
ٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ
Ringkasnya, bagian ayat inii mencakup pemberian kelapangan dalam menyampaikan segala macam kepada kaum muslimin dan dalam menyenangkan. Oleh karena itu, maka Rasulullah saw, mengatakan:
“Allah akan selalu menolong hambaNya selama hamba itu menolong saudaranya.”
وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ
Apabila kamu diminta untuk berdiri dari majlis Rasulullah saw, maka berdirilah kamu, sebab Rasulullah saw, itu terkadang ingin sendirian guna merencanakan urusan-urusan agama, atau menunaikan beberapa tugas khusus yang tidak dapat ditunaikan atau disempurnakan penunaiannya kecuali dalam keadaan sendiri.
Mereka telah menjadikan hukum ini umum sehingga mereka mengatakan, apabila pemilik majlis mengatakan kepada siapa yang ada di majlisnya, “Berdirilah kamu,” maka sebaiknya kata-kata itu diikuti.
Tidak selayaknya orang yang baru datang menyuruh berdiri kepada seseorang, lalu dia duduk di tempat duduknya, sebab telah dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi dari Ibnu Umar bahwa Rasululah saw. Mengatakan:
“Janganlah seseorang menyuruh berdiri kepada orang lain dari tempat duduknya. Akan tetapi lapangkanlah dan longgarkanlah.”

يَرۡفَعِ ٱللَّهُٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰت
Allah meninggikan orang-orang mukmin dengan mengikuti perintah-perintahNya dan perintah-perintah Rasul, khususnya orang-orang yang berilmu di antara mereka derajat-derajat yang banyak dalam hal pahala dan tingkat-tingkat keridaan.
Ringkasnya, sesungguhnya wahai orang mukmin, apabila salah seorang di antara kamu memberikan kelapangan bagi saudaranya ketika saudaranya itu datang, atau jika ia disuruh keluar lalu ia keluar, maka hendaklah ia tidak menyangka sama sekali bahwa hal itu mengurangi haknya. Bahwa yang demikian merupakan peningkatan dan penambahab bagi kedekatannya di sisi Tuhannya. Allah Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan yang demikian itu, tetapi Dia akan membalasnya di dunia dan di akhirat. Sebab, barang siapa yang tawadu’ kepada perintah Allah, maka Allah akan mengangkat derajat dan menyiarkan namanya.
وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِير
Allah mengetahui segala perbuatanmu. Tidak ada yang samar bagiNya, siapa yang taat dan siapa yang durhaka di antara kamu. Dia akan membalas kamu semua dengan amal perbuatan. Orang yang berbuat baik dibalas dengan kebaikan, dan orang yang berbuat buruk akan dibalasNya dengan apa yang pantas baginya, atau diampuniNya.[6]
c.       Tafsir Al-Azhar
“Wahai orang-orang yang beriman!Apabila dikatakan kepada kamu berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka berlapangkanlah.”(pangkal ayat 11).
Artinya bahwa majlis, yaitu duduk bersama. Asal mulanya duduk bersama mengelilingi Nabi karena hendak mendengan ajaran-ajaran dan hikmat yang akan beliau keluarkan. Tentu ada yang datang terlebih dahulu, sehingga tempat duduk bersama itu kelihatan telah sempit.Karena di waktu itu orang duduk bersama di atas tana, belum memakai kerusi sebagai sekarang.Niscaya karena sempitnya itu, orang yang kemudian tidak legi mendapat tempat, lalu dianjurkan oleh Rasul agar yang duduk terlebih dahulu melapangkan tempat bagi yang datang kemudian. Sebab pada hakikatnya tempat itu belumlah sesempit apa yang kita sangka .Masih ada tempat lowong, masih ada tempat untuk yang datang kemudian.Karena yang sempit bukanlah tempat, melainkan hati.
Lanjutan arti ayat diatas, “ Niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu.”. Artinya, karena hati telah dilapangkan terlebih dahulu menerima teman, hati kedua belah pihak akan sama-sama terbuka. Hati yang terbuka akan memudahkansegala urusan selanjutnya.
“Dan jika dikatakan kepada kamu: “Berdirilah!”, maka berdirilah!”. Maksud dari bagian ayat ini menurut Ar- Razi ada dua; (1) Jika disuruh orang kamu berdiri untuk memberikan tempat kepada yang lebih patut untuk duduk di tempat yang kamu duduki itu, segeralah berdiri. (2) Yaitu jika disuruh berdiri karena kamu sudah lama duduk, supaya orang lain yang belum mendapat kesempatan diberi peluang pula, maka segeralah kamu berdiri. Kalau sudah ada saran menyuruh berdiri, janganlah “berat ekor” seakan-akan terpaku pinggulmu di tempat itu, dengan tidak hendak memberi kesempatan kepada orang lain.[7]
“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”Sambungan ayat ini mengandung dua tafsir. Pertama, jika seseorang disuruh melapangkan majlis, yang berarti melapangkan hati, bahkan jika dia disuruh berdiri sekalipun lalu memberikan tempatnya kepada orang yang patut di dudukkan, janganlah ia berkecil hati. Melainkan hendaklah ia berlapang dada. Karena orang yang berlapang dada itulah yang kelak akan diangkat Allah imannya dan ilmunya, sehingga derajatnya bertambah naik.Kedua, memang ada orang yang yang diangkat derajatnya oleh Allah daripada orang kebanyakan, pertama karena imannya dan kedua karena ilmunya.
“Dan Allah, dengan apapun yang kamu kerjakan, adalah maha mengetahui.” (ujung ayat 11)
Akhir ayat 11 ini mengandung pokok hidup utama adalah iman dan pokok pengiringnya adalah ilmu.Iman tidak disertai ilmu dapat membawanya terperosok mengerjakan pekerjaan yang disangka menyembah Allah, padahal mendurhakai Allah.Sebaliknya orang yang yang berilmu saja tidak disertai iman maka ilmunya itu dapat membahayakan bagi dirinya sendiri maupun bagi sesama manusia.[8]

C.    Aplikasi dalam Kehidupan
Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan dari beberapa tafsir di atas maka dapat diambil pelajaran untuk dapat diterapkan di dalam kehidupan, yakni hendaknya ketika kita ada di dalam majlis di sunahkan untuk memperbaiku tempat duduk dan mempersilahkan orang yang baru hadir dengan memberikan tempat yang kiranya cukup untuk orang itu duduk.
Tafsir ayat ini juga mengajarkan kita untuk beriman, ikhlas dan berlapang dada serta patuh terhadap aturan Allah, serta giat dalam belajar dan mengamalkan ilmu karena Allah akan meninggikan beberapa derajat untuk orang yang berilmu baik di dunia maupun di akhirat.

D.    Aspek Tarbawi
Dari penjelasan-penjelasan di atas maka dapat diambil hikmah pendidikan yang ada di dalamnya, antara lain:
1.      Dalam hidup hendaknya seseorang mempunyai perencanaan yang matang dalam menghadapi segala urusan, agar urusan-urusan itu cepat terselesaikan dan mencegah urusan-urusan itu menumpuk dan terlalaikan, ibarat orang banyak yang ingin duduk pada suatu tempat tapi tempat tersebut kecil, sehingga adakalanya ada yang berdiri.
2.      Hendaklah setiap manusia memiliki jiwa rendah hati dan berlapang dada dimanapun ia berada terhadap orang-orang di sekitar kita, baik di majlis maupun di selainnya.
3.      Patuhlah kepada orang-orang yang memimpinmu yaitu orang yang mengetahui aturan Allah dan ikutilah perkataan orang yang mempunyai hak dari tempat yang kamu singgahi, apabila dikatakan berdiri, maka berdirilah, diperintahkan duduk maka duduklah  dan sebagainya, selagi itu adalah baik.
4.      Orang yang beriman dan berilmu akan ditinggikan beberapa derajat Allah dari yang lain, oleh karena itu berllomba-lombalah dan berseangatlah dalam belajar dan mengamalkan ilmu yang tentunya disertai dengan iman.






BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Kesimpulan isi atau kandungan tafsir ayat 11 surat Al-Mujadalah antara lain sebagai berikut:
1.      Suruhan untuk memberikan kelapangan kepada orang lain dalam majelis ilmu, majelis zikir, dan segala majelis yang sifatnya menaati Allah SWT dan rasul-nya.
2.      Apabila disuruh bangun untuk melakukan hal-hal yang baik dan diridai Allah, maka penuhilah suruhan tersebut dengan segera dan dengan cara yang sebaik-baiknya.
3.      Allah SWT mengangkat orang-orang beriman atas orang-orang yang tidak beriman beberapa derajat tingginya, dan Allah SWT mengangkat orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan atas orang-orang yang beriman tetapi tidak berilmu pengetahuan beberapa derajat tingginya. Ringkasnya Allah SWT meninggikan derajar orang-orang beriman, teristimewa orang-orang beriman lagi berilmu.




DAFTAR PUSTAKA

1.      M. Yusuf, Kadar. 2013. Tafsir Tarbawi. Jakarta; Sinar Grafika Offset.
2.      Hamka. 1985. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII. Jakarta : Pustaka Panji  Mas.
3.      Mustafa Al Maragi, Ahmad. Terj.Bahrun Abu Bakar dkk. 1993. Tafsir Al-Maragi.Semarang: PT Karya Toha.
4.      Nasib Ar Rifa’i, Muhammad. Terj. Syihabuddin. 2001. Taisiru Al Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani.



Footnote:

[1] http://bantul.kemenag.go.id/kemenag/2012-12-26-04-20-22/website/al-quran-online.html , Al-Qur’an Kemenag Online, Q.S Al-Mujadalah ayat 11
[2] Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, (Jakarta; Sinar Grafika Offset, 2013),  hlm. 18
[3]Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII, (Jakarta : Pustaka Panji  Mas, 1985)  hlm. 28
[4]Muhammad Nasib Ar Rifa’i, Taisiru Al Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir , Terj. Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 2001, cet. 1) hlm. 628-630
[5]Ibid., hlm 632
[6]Ahmad Mustafa Al Maragi, Tafsir Al-Maragi, Terj.Bahrun Abu Bakar dkk., (Semarang: PT Karya Toha, 1993) hlm. 22-25
[7]Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu XXVIII, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1985) hlm. 26-28
[8]Ibid., hlm 30-31

0 komentar

Posting Komentar